Rabu, 25 Februari 2015

Teh panas ini

Susah sekali rasanya kali ini buatku jujur, apa harus aku pendam rasa ini sampai jiwa ini tlah tiada?

Aku sadar, selama ini hubungan kita hanya seorang sahabat, tidak lebih. Tapi apa kau tak merasakan betapa aku membutuhkanmu, merindukanmu. Bahkan dari hatiku kau lebih dari seorang sahabat.

aku sadar, aku bukan orang yang paling tampan, paling tajir, paling perhatian, dan bahkan paling menyayangimu? Tapi aku orang yang paling menginginkanmu.

Tak jarang aku memikirkanmu. Khawatir akan kabarmu. Sesering mungkin aku mengirim pesan, atau berjalan menuju rumahmu. Berharap penuh semoga melihat senyummu ketika membukakan pintu rumahmu. Ah, namum kali ini bukan keberuntunganku. Lesatan senyum ternyata itu mama mu. Aku cukup senang, meski tak langsung melihat senyummu. Aku tanyakan kabarmu ke mama mu, katanya kamu sehat dan baik baik saja. Setidaknya aku lega, karna sudah tau kabarmu. Perkara kamu lagi jalan sama cowok, itu hal yang lain, karna bukan itu tujuanku. Sepatah ingin tahu kabarmu. Syukurlah

Pulang dengan perih disisi hati. Setelah sampai, aku ambil secangkir teh panas, Lalu hening. Mungkin dirimu tak pernah tahu betapa aku sangat membutuhkanmu dikala aku kesepian.  Disaat sepi aku tak bisa berbuat banyak. Menikmati teh ini sambil melihat senyum lewat fotomu itu sudah lebih dari cukup untuk menenangkanku, Taklama menyesapnya dengan pelan. Ah Masih terlalu panas. Lalu aku sadar, seperti halnya teh, kamu masih terlalu panas, jika aku memaksa minum, hanya akan membuat lidahku perih, sebentar, akan kutunggu hangatmu. Satu pelajaran lagi, jatuh cinta juga butuh waktu

Disetiap pagiku terbayang senyumu.
Disetiap doaku selalu terselip namamu.
Cukuplah mencintaimu dalam hati. Memelukmu lewat doa doa di setiap sujudku. Dan menjagamu melalu Allah. Untukmu disana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar